Siapa yang penasaran dengan kata “Kadur”?
Mungkin kalian ada yang pernah dengar sebelumnya? Hehhee
Kadur itu termasuk singkatan dari sebuah nama desa yang ada
di Jember. Karangduren namanya. Di desa inilah aku tinggal, dan
dilahirkan. Desa yang telah menumbuhkanku hingga 21 tahun ini. On the way 22 tahun sih Mei nanti, hehehehe. Desa yang
mengajarkanku hidup mandiri. Nggak mandiri-mandiri amat juga sih, hanya banyak
memberiku makna hidup tanpa pegangan seseorang, dengan kehadiran orang-orang
tecinta lainnya.
Desa Karangduren ini terletak di antara sebuah ‘bula’an’. Bulakan
kalau dalam istilah bahasa jawa di tempatku itu, beberapa petak tanah yang baik
berupa sawah, hutan, ladang, yang tentunya dari arah timur, barat, selatan,
utara, untuk bisa ke kecamatan, atau kabupaten di lingkupi tempat yang rawan. Emang
di bagian daerahku ada dua desa yang beda kecamatan, yakni desa Karangduren,
dengan desa Wringintelu. Dan, wilayah kami emang dikelilingi Bulakan
itu, udah banyak yang kena begal, atau semacam perampokan terjadi di beberapa
titik Bulakan itu. Maka dari itu, aku kalau lagi habis pulang dari tempat
tertentu dalam keadaan sendirian naek motor, aku ngandelin cahaya
kendaraan-kendaraan di sekitar yang lewat di jalur itu, yah. Khawatir aja ntar
di tengah jalan ada yang ngehadang. Hehhee…
Ini di persawahan belakang rumah |
Saat ini, Desa Karangduren telah dipimpin oleh Bapak
Kepala Desa bernama Bpk. Sutikno. Beliau ini sudah menjabat selama dua
kali periode setelah periode pertama diusung langsung oleh masyarakat. Tapi waktu
itu selama berlangsung masa jabatannya beliau sulit jika ditemui oleh warga
untuk urusan tanda tangan atau persetujuan terkait hal-hal tertentu.
Dan menjelang periode pemilihan Kepala desa Karangduren
berikutnya, beliau turun kembali. Lagi-lagi beliau memenangkannya. Dengan harapan,
beliau bisa belajar banyak dari aspirasi masyarakat sekitar tentang kinerja
beliau sebelumnya. Hingga sampai saat ini, aku sendiri bisa dihitung jari kalau
ada persoalan yang sangkut pautannya sama Pak Kepala Desa. Terakhir kali, waktu
itu aku sama teman-teman IPK – Ikatan Pemuda Karangduren meminta dana
untuk Agustusan tahun 2015. Tapi sayangnya, Pak Kepala Desa nggak kasih respon
baik sama kami.
IPK - Ikatan Pemuda Karangduren |
Bersama adik-adik |
Oh iya, sekedar ingin kasih tahu ke temen-temen, kalau
blog ini isinya tentang apapun yang kebetulan terbersit di otakku ya, gaes. Hheee
Oke, lanjut ya…
Then, sampai saat ini masih ada beberapa titik jalan yang
seharusnya diperbaiki, tapi masih belum juga diurus. Aku nggak tahu entah itu
ada dananya tapi nggak digunakan, atau emang belum ada sama sekali. Kalau tentang
masyarakatnya, emang kebanyakan warga Karangduren ini mayoritas agamis, gaes. Walau
ada yang brutal, cuman masih ketutup sama yang agamisnya.
Ada dua pondok pesantren yang ada di Desa Karangduren.
Ponpes Miftahul Huda yang ada di sebelah selatan Pasar Karangduren, dan Ponpes
Nurul Huda Al Muniriyyah yang ada di Dusun Rekesan, Karangduren.
Karangduren juga punya pusat perbelanjaan yang terkenal
dengan Pasar Karangduren, yang buka setiap minggu. Hampir dipastikan setiap
hari, dan dalam hari-hari tertentu tetap buka. Bahkan di hari raya pertama aja,
maish ada yang buka walau hanya 1 toko hehee…
Oke gaes, mungkin itu dulu untuk sekedar informasi
mengenai Desa Karangduren, yang kusematkan dalam nama blogku ini, Kadur.
Semoga bermanfaat,
Feel free to drop your comments
~Happy Blogging~
Wringintelu, 20 April 2017
Khoirur Rohmah
ehh, blog ini spesial kadur ya mbak??
BalasHapusHehhee rencananya begitu, mbak. ehheeee
Hapusrumah baru yeee .... aku baru tahu desa Kadur
BalasHapuskampung halamanmu ya :-D
Huuh mbak Nyi...
HapusKarangduren itu nah
iy mbak, Kampung halaman tercintah hhehee
Semoga daerahnya berkembang pesat y mbak. Amin. Kalo daerahku berarti singkatannya "mini" alias minomartani.
BalasHapus